Urgensi Refleksi Diri Guru sebagai Prototipe Terbaik Anak-Anak Bangsa
Oleh: Drs. Amri, MM
(Wakasek Kesiswaan SMA 7 Wajo)
Menengok perjalanan seseorang termasuk tokoh yang bernama guru pada paparan ini tentu tidak sesederhana makna hitam putih dalam kehidupan ini. Penulis mencoba dan mengajak pembaca terlibat merenungkan perjalanan hidup masing-masing dan berusaha untuk keluar dari dirinya agar menatap kondisi objektif guna menakar progresivitas dan nilai diri bergerak ke arah lebih positif, atau stagnan tanpa perubahan, bahkan mungkin terjadi kemunduran ke arah kurang baik dan lebih miris ke tindakan negatif. Proses seperti itu dapat mengenai siapa dan apapun profesinya, termasuk guru-guru yang tidak lepas dari soal sadar dan khilaf sebagai manusia.
Namun untuk dicermati dan disadari, sebagai konsekwensi profesi guru, yang merupakan sebuah amanah dan tanggung jawab yang wajib dilakoni secara profesional.
Dalam tradisi Jawa, guru merupakan akronim dari "digugu lan ditiru" (orang yang dipercaya dan diikuti), bukan hanya bertanggung jawab mengajar mata pelajaran yang menjadi tugasnya, melainkan lebih dari itu juga mendidik moral, etika, integritas, dan karakter. Untuk dapat merealisasikan hai itu, sebagai tenaga profesional guru selayaknya menata hidup diri secara pribadi dan dapat memberi keteladanan terhadap peserta didik dan orang lain di sekitarnya, agar guru dapat menjadikan kehidupan yang singkat ini lebih bermakna sebagai bekal pahala untuk kehidupan yang abadi.
Sejalan dengan uraian di atas, dalam republika.co.id. Pimpinan Lembaga Dakwah Kreatif (iHaqi), Erick Yusuf memaparkan bahwa sesungguhnya kita hidup di dunia ini hanya sebentar saja, ibarat orang yang berteduh di bawah pohon lalu berjalan lagi. Dalam penggalan materi tausyiah bertajuk 'Tujuan Pokok dari Penciptaan Manusia' ketika menghadiri acara pengajian di MT Khoirunnisaa Miftahul Jannah Kota Baru Parahiyangan Bandung Barat. (Selasa,22/9/15).
Segala sesuatu yang Allah ciptakan, baik di langit maupun di bumi pasti ada tujuan dan hikmahnya. Tidaklah semata mata karena hanya suka-suka saja. Tidak ada suatu makhluk hidup yang diciptakan sia-sia. Sebagaimana Allah SWT berfirman, “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mukminun:115).
Membahas tujuan utama penciptaan manusia ialah, agar manusia mengetahui tentang Allah dan untuk beribadah kepada Allah semata. Dan Allah Ta’ala berfirman, “Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath Thalaq: bahwa penciptaan langit dan bumi, agar manusia mengetahui tentang ke Maha Kuasaan Allah Ta’ala, bahwa Allah lah pemilik jagad raya ini dengan ilmu Allah yang sempurna. Tidak ada satu pun yang terluput dari ilmu dan pengawasan Allah, karena ilmu Allah meliputi segala sesuatu.
Dan kemudian, menyebutkan tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah, hanya menyembah Allah semata. Seperti hal nya dalam firman Allah, “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56).
"Ayat di atas jelas menyebutkan tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah, hanya menyembah Allah semata. Ayat ini mengisyaratkan pentingnya tauhid, karena tauhid adalah bentuk ibadah yang paling agung, mengesakan Allah dalam ibadah." tutur Ustadz yang disapa dengan sebutan Kang Erick tersebut.
"Dan selain itu, Ayat ini juga mengisyaratkan pentingnya beramal, setelah tujuan pertama manusia diciptakan adalah agar berilmu. Maka buah dari ilmu adalah beramal. Tidaklah ilmu dicari dan dipelajari kecuali untuk diamalkan. Sebagaimana pohon, tidaklah ditanam kecuali untuk mendapatkan buahnya. Karena ilmu adalah buah dari amal." kata dia.
Sungguh sangat arif untuk menjadikan paparan di atas sebagai renungan demi anak-anak bangsa. Semoga proses dan hasil perenungan penikmat paparan ini, teristimewa- mahluk berprofesi-guru berikhtiar dengan niat karena Allah SWT untuk mengabdikan diri sebagai perwujudan ibadah kepada-Nya melalui pelaksanaan tugas utama guru dalam pembelajaran, di antaranya mendidik. Mendidik adalah mengajak, memotivasi, mendukung, membantu dan menginspirasi orang lain untuk melakukan tindakan positif yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain atau lingkungan. Disamping itu tugas lainnya terdapat 6 M yang (ABALNiEv). In Syah Allah pelaksanaan tugas dengan tulus akan
menjadi asbab Keridhaan Allah dalam melakoni kehidupan yang singkat lagi fana ini.
Komentar
Jadilah yang pertama berkomentar di sini